INIKAH TAKDIR?

Cinta Tak Harus Selalu Datang
Dengan Sesuatu Indah

Kehadirannya Juga Dapat Datang
Dengan Sesuatu Yang Menyedihkan
Seperti Diriku Yang Dipertemukan Oleh Dirimu


     Sarah, itulah namanya. Seorang anak tunggal yang dilahirkan dari sebuah keluarga sederhana dan kini hanya tinggal berdua dengan Ibunya. Sarah tak punya orang lain yang lebih berharga selain Ibunya. Baginya, Ibu adalah orang yang perlu Ia lindungi dengan sepenuh hidupnya. Masa lalu telah mengubah cara pandangnya tentang rasa cinta dan tujuan hidupnya. Baginya membuat Ibu bahagia dan memperlakukannya dengan sebaik mungkin adalah tujuan hidupnya. Tak ada yang menjadi tujuannya yang lain sejak tragedi masa lalu.

     Kehidupan cintanya? Hatinya sudah terlalu rapuh untuk mendengar kata “Jatuh Cinta”. Entah mengapa, tapi Ia tak pernah bisa jatuh cinta kembali dengan orang lain selain pria itu. Meski menyakitkan, harus diakuinya pria itu adalah satu-satunya orang yang mampu membuatnya tersenyum. Namun, senyum itu berubah menjadi air mata, seiring dia mengetahui kebenaran menyakitkan. Dan dia memilih untuk tak pernah tersenyum karena pria itu.

***************************

     Pagi itu adalah hari yang istimewa. Ayahnya Sarah tak pernah meluangkan waktu untuk dia dan Ibunya karena kasus yang menumpuk dan harus dikerjakan secepatnya. Ayahnya adalah seorang jaksa terkenal di pusat kota. Ayahnya dikenal sebagai jaksa yang jujur dan selalu berhasil menumpaskan kejahatan yang Ia tangani sebagai seorang jaksa. Ayahnya selalu menjadi sosok yang membanggakan bagi Sarah. Ayahnya selalu menjadi teladan dalam menggapai cita-citanya.

    Sarah dan Ibunya selalu menunggu hari itu. Hari dimana akhirnya satu keluarga berkumpul dan berkemah di taman kota, tertawa dan bahagia, melupakan semua kesibukan masing-masing.


     “Sarah, Ibu dan Ayah sudah siap, cepat turun dari kamarmu dan sarapan dulu, kami menunggumu di bawah, Sarah” Panggil Ayah kepada Sarah yang telah menunggu di meja makan untuk sarapan bersama.

     Setelah sarapan selesai, Ibu, Ayah, dan Sarah naik ke mobil dan bersiap jalan menuju taman kota. Tak terasa, sudah 30 menit perjalanan mereka tempuh. Sarah semakin bersemangat dan membuka kaca mobil. Angin yang menerpa wajahnya membuatnya semakin senang dan bersemangat.

     Setelah memakan waktu satu jam perjalanan, tibalah mereka di taman kota. Ayahnya menghentikan mobil dipinggir jalan. Ibunya dan Sarah membantu mengeluarkan barang – barang dan membawanya masuk ke taman kota, sedangkan Ayahnya bersiap memindahkan mobil menuju tempat parkir umum yang disediakan oleh pihak pengelola taman kota.

     Seketika sebelum Ayahnya memasuki mobilnya, Sarah menoleh ke belakang melihat Ayahnya melambaikan tangan menyuruh Sarah untuk cepat masuk sambil tersenyum ceria. Sarah membalas senyum Ayahnya dan mengangguk. Belum ada sekejap ketika  memalingkan wajah Sarah dari Ayah, suara itu mengagetkan Sarah dan Ibunya. Sarah menoleh ke belakang dengan reflek dan melihat tragedi itu.

     Ayahnya tergeletak tak berdaya. Tubuhnya penuh darah dan luka dengan wajah yang menyedihkan. Sarah tak mampu berkata, ketika melihatnya, Sarah menjatuhkan barang-barang yang Ia bawa dan bergegas lari menuju Ayahnya. Hatinya terhenyak, air matanya tak terbendung. Sarah berteriak dan menangis tidak karuan. “Tolong panggil ambulan! Ku mohon cepatlah panggil ambulan! Ayahku sedang sekarat! Panggil ambulan tolonglah siapapun!” teriak Sarah pada orang-orang yang berada di sekitarnya.

     Sarah menggenggam tangan Ayahnya yang penuh darah. Sarah menangis melihatnya dan berkata bahwa Ayahnya tak perlu khawatir dan ambulan akan segera datang. “Sarah, Ayah baik-baik saja kau tak perlu takut. Ayah mempunyai satu permintaan untukmu, tolong jagalah Ibumu, jangan pernah membuatnya menangis, sayangi dan turutilah dia seperti dirimu saat ini. Jadilah anak yang baik bagi Ayah dan Ibumu, oke? Sarah, anakku bisa kan kau mengabulkan permintaan Ayahmu ini?” kata Ayahnya sambil tertatih.
“Iya Ayah, aku akan mengabulkannya asalkan Ayah harus bertahan, oke? Ayah tidak boleh menyerah, Ayah pasti bisa bertahan, ku mohon Ayah bertahanlah hingga ambulan tiba disini, ku mohon” jawab sarah sambil menangis tidak karuan.

     Sementara itu, Ibunya tak dapat menangis. Ketika Sarah berlari menuju Ayahnya, Ibunya terdiam. Barang-barang yang Ia bawa terjatuh begitu juga dengan dirinya hingga berlutut lemas. Ia hanya mampu melihat Sarah berteriak meminta bantuan kepada orang-orang. Ibunya tak dapat menangis karena terlalu menyakitkan baginya. Ibunya tak berkata sedikit pun hingga ambulan datang menjemput Ayahnya.

     Ambulan datang dengan sangat cepat, dan bergegas membawa Ayahnya Sarah yang sudah tidak sadarkan diri. Ibunya mencoba berdiri dibantu oleh petugas ambulan, namun Ia tak kuat menahan melihat suaminya yang tak sadarkan diri dan akhirnya pingsan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIDUR BERSAMA DENTUM SINABUNG

BERPRETASI DI NEGERI GINGSENG

INIKAH TAKDIR?